Mahmud Shalih Audah
Revolusi Arab Islam yang kini meletus dipicu oleh beberapa faktor, terutama korupsi dan kezhaliman dengan berbagai bentuk dan jenisnya. Meski faktor politik internal yang korup juga menjadi penyebab, namun politik luar negeri yang “malas” – terutama terhadap Palestina, juga tak kalah pentingnya menjadi penyebab, bahkan bisa menjadi penyebab inti. Kita sama-sama mendengar teriakan jutaan di medan “Tahrir” Kairo “Kami menuju Al-Quds dengan suka rela meski dengan jutaan syuhada.”
Bukan saja rakyat Mesir saja yang bersemangat membebaskan tertawannya “Al-Quds”, namun Palestina sudah melekat dalam diri setiap bangsa Arab yang bebas di dunia ini. Para aktivis revolusi Arab dan Negara-negara Islam tidak akan melupakan Palestina dalam aksi revolusi mereka bahkan mereka membuat “halaman” dan web khusus mendukung Palestina di internet.
Muncul seruan Palestina berupa “revolusi pengungsi Palestina” pada 15 Mei 2001 mendatang untuk menuntut hak kembali ke kampung halaman mereka tahun 1948 dan setelahnya. Ajakan revolusi itu akan dilakukan pada bulan depan. Rencananya sudah disusun rapi di internet. Termasuk di Facebook dan Youtube. Revolusi ini mengambil beberapa nama di antaranya “Waktunya pengambilalihan sejarah ke Palestina pada 15 Mei 2011” dan “Intifadhah Palestina III” dan lain-lain.
Seruan itu berisi ajakan aksi protes damai terhadap sejumlah pihak akan kembalinya hak pengungsi dan hak-hak lainnya bagi warga pengungsi Palestina. Meskipun pihak Facebook menutup halaman terbesar “refolusi Palestina” yang jumlah anggotanya hingga 350 ribu.
Ini bukan pertama kali Facebook atau Youtube menutup halaman yang dianggap gerakan zionisme sebagai ancaman. Di awal revolusi Mesir, Youtube menutup video seorang pemuda yang menantang “mobil patrol” keamanan rezim Mubarak saat itu. Youtube menyebut video itu hanya dilihat oleh 336 kali padahal pada yang sama mendapatkan “like” dari 887 views. Ini mustahil. Sebab setelah diteliti sedikitnya ada 88 ribu views, namun pihak Youtube memanupulasi angka.
Ajakan revolusi Palestina telah membingungkan elit institusi Israel yang sangat jelas ketika Menteri Informasi Israel Julie Idlasyetain memanggil pendiri Facebook yang yahudi itu Mark Zuckerberg dan meminta agar menutup “halaman utama Revolusi Palestina” di Facebook. Kemudian diikuti oleh kunjungan Menlu Israel Dany Ayalon ke kantor-kantor Facebook di California Amerika pekan lalu. Media masa Israel menyebutkan niat pejabat Israel menjadikan Facebook sebagai mimbar media dan propaganda utama di dunia.
Faktor meletusnya revolusi di Arab dan negara Islam sudah ada sebelum Facebook didirikan atau jejaring social dan media komunikasi lainnya lainnya. Sebab ia hanya memudahkan komunikasi dan propaganda. Orang bisa melakukan komunikasi dengan alat lain. Revolusi akan tetap meletus tanpa media itu sebab toh orang tahu siapa Facebook dan jejaring komunikasi lainnya.
Revolusi Palestina mendatang tidak ragu lagi menjadi “konsesus umat”. Bukan hanya meletusnya yang diperkirakan namun, Israel diperkirakan mau tidak mau akan menghadapi tuntutan Palestina, terutama hak kembali mereka ke kampung halaman mereka. (bsyr)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar